Nama : Ismi Herdyanti
NPM : 29213986
Kelas : 4EB10
Mata Kuliah : Etika Profesi Akuntansi
“PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS”
I.
LINGKUNGAN BISNIS YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIKA
Etika
merupakan ilmu yang membahas tentang perilaku atau tindakan manusia yang berhubungan
dengan norma-norma yang dapat dipandang baik dan buruk ataupun benar dan salah
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal manusia. Sedangkan bisnis merupakan organisasi
yang menjual barang atau jasa kepada konsumen untuk mendapatkan laba. Maka, etika
bisnis dapat dikatakan sebagai suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus
diikuti dalam menjalankan suatu bisnis. Etika sebagai norma dalam suatu
kelompok bisnis akan dapat menjadi pengingat anggota bisnis satu dengan lainnya
mengenai suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang selalu harus dipatuhi
dan dilaksanakan. Etika didalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh
orang-orang yang berada dalam lingkungan bisnis yang terkait tersebut.
Etika
bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis
yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis). Kebenaran disini
yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan diakui
prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan dan individu. Perusahaan
meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Tujuan
dari sebuah bisnis pada umumnya adalah untuk terus tumbuh dan meraih kesuksesan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, kinerja dan perilaku seluruh karyawan sangat berkontribusi
pada kesuksesan perusahaan. Perilaku karyawan, bagaimanapun, dapat dipengaruhi
oleh faktor eksternal di luar bisnis. Pemilik usaha bisnis perlu menyadari
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku karyawan yang mungkin dapat
menimbulkan masalah. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1.
Budaya Organisasi
Keseluruhan budaya
perusahaan dampak bagaimana karyawan melakukan diri dengan rekan kerja,
pelanggan dan pemasok. Lebih dari sekedar lingkungan kerja, budaya organisasi
mencakup sikap manajemen terhadap karyawan, rencana pertumbuhan perusahaan dan
otonomi / pemberdayaan yang diberikan kepada karyawan. "Nada di atas"
sering digunakan untuk menggambarkan budaya organisasi perusahaan. Nada positif
dapat membantu karyawan menjadi lebih produktif dan bahagia. Sebuah nada
negatif dapat menyebabkan ketidakpuasan karyawan, absen dan bahkan pencurian
atau vandalisme.
2.
Ekonomi Lokal
Melihat seorang
karyawan dari pekerjaannya dipengaruhi oleh keadaan perekonomian setempat. Jika
pekerjaan yang banyak dan ekonomi booming, karyawan secara keseluruhan lebih
bahagia dan perilaku mereka dan kinerja cermin itu. Di sisi lain, saat-saat
yang sulit dan pengangguran yang tinggi, karyawan dapat menjadi takut dan cemas
tentang memegang pekerjaan mereka.Kecemasan ini mengarah pada kinerja yang
lebih rendah dan penyimpangan dalam penilaian. Dalam beberapa karyawan,
bagaimanapun, rasa takut kehilangan pekerjaan dapat menjadi faktor pendorong
untuk melakukan yang lebih baik.
3.
Reputasi Perusahaan Dalam Komunitas
Persepsi karyawan
tentang bagaimana perusahaan mereka dilihat oleh masyarakat lokal dapat
mempengaruhi perilaku. Jika seorang karyawan menyadari bahwa perusahaannya
dianggap curang atau murah, tindakannya mungkin juga seperti itu. Ini adalah
kasus hidup sampai harapan. Namun, jika perusahaan dipandang sebagai pilar
masyarakat dengan banyak goodwill, karyawan lebih cenderung untuk menunjukkan
perilaku serupa karena pelanggan dan pemasok berharap bahwa dari mereka.
4.
Persaingan Di Industri
Tingkat daya saing
dalam suatu industri dapat berdampak etika dari kedua manajemen dan karyawan,
terutama dalam situasi di mana kompensasi didasarkan pada pendapatan. Dalam
lingkungan yang sangat kompetitif, perilaku etis terhadap pelanggan dan pemasok
dapat menyelinap ke bawah sebagai karyawan berebut untuk membawa lebih banyak
pekerjaan. Dalam industri yang stabil di mana menarik pelanggan baru tidak
masalah, karyawan tidak termotivasi untuk meletakkan etika internal mereka
menyisihkan untuk mengejar uang.
Faktor-faktor
yang telah disebutkan diatas sangat mempengaruhi perilaku perilaku karyawan
yang juga dapat mempengaruhi perkembangan usaha bisnis. Selain itu, untuk
terciptanya etika didalam bisnis yang sesuai dengan budi pekerti luhur, ada
beberapa yang perlu diperhatikan, antara lain :
·
Pengendalian
diri
·
Pengembangan
tenggung jawab sosial
·
Mempertahankan
jati diri
·
Menciptakan
persaingan yang sehat
·
Menerapkan
konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Adapun hal-hal yang
perlu dihindari agar terciptanya etika didalam bisnis yang baik yaitu
menghindari sikap 5K, antara lain:
·
Katabelece
Katabelece merupakan
surat atau nota dari pejabat kepada bawahan yg meminta agar apa yg tercantum
dalam surat tsb diperhatikan/dilaksanakan ( surat sakti ).
·
Kongkalikong
Kongkalikong adalah
sebuah permufakatan dari mereka yang memiliki persamaan kepentingan namun
dengan maksud yang tidak baik.
·
Koneksi
Koneksi adalah hubungan
yang dapat memudahkan (melancarkan) segala urusan. Namun, koneksi ini terkadang
salah digunakan oleh para pebisnis yang tidak memiliki etika bisnis yang baik.
·
Kolusi
Kolusi adalah bentuk
kerjasama dengan pejabat pemerintah secara ilegal (melanggar hukum) untuk
mendapatkan keuntungan material bagi mereka.
·
Komisi
Komisi adalah sekelompok
orang yang diberi wewenang untuk menjalankan fungsi tugas tertentu dengan
imbalan sesuai dengan jasa yang telah diberikan.
ANALISIS:
Etika
tidak hanya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi juga diterapkan
dalam menjalankan usaha bisnis. Etika bisnis dapat dikatakan sebagai alat ukur
terhadap sikap satu pebisnis dengan pebisnis lainnya agar dapat melakukan
tindakan-tindakan terpuji dalam menjalankan bisnisnya. Etika ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor dari lingkungan bisnis, antara lain budaya organisasi,
ekonomi local, reputasi perusahaan dalam komunitas, dan persaingan di industry.
Keempat hal ini sangat mempengaruhi bagaimana etika dari para pebisnis tersebut
dalam menjalankan usahanya.
Oleh
karena itu, untuk menciptakan etika bisnis yang baik, para pebisnis perlu
memperhatikan beberapa hal seperti pengendalian diri, pengembangan tenggung
jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, dan
menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan agar bisnis dapat terus
berkembang. Hal ini sangat penting agar para pebisnis dapat terhindari dari
etika-etika yang kurang baik dalam dunia bisnis seperti katabelece,
kongkalikong, koneksi, kolusi dan komisi.
Contoh
Kasus Lingkungan Bisnis Yang Mempengaruhi Perilaku Etika:
Salah
satu faktor lingkungan bisnis yang dapat mempengaruhi perilaku etika para
manajer maupun karyawan dalam usaha bisnisnya yaitu persaingan di industry. Contohnya
saja, apabila suatu perusahaan baru berdiri dibidang yang baru dan masih
memiliki sedikit pesaing, perusahaan tersebut tidak akan terlalu mengejar
target atau melakukan hal-hal yang berlebih untuk menarik perhatian
konsumennya. Karena mereka akan berfikir bahwa persaingain di bidang industry yang
sama belum tinggi. Namun, akan beda halnya apabila sebuah perusahaan baru
berdiri dibidang yang sudah banyak pesaingnya seperti bidang kosmetik. Tentu saja
manajer dan karyawan perusahaan tersebut akan berjuang keras untuk melakukan
berbagai hal atau sikap yang dapat menarik perhatian para konsumennya.
II.
KESALING – TERGANTUNGAN ANTARA BISNIS DAN MASYARAKAT
Alam
telah mengajarkan kebijaksanaan tentang betapa hubungan yang harmonis dan
kesalingtergantungan itu adalah amat penting. Contohnya saja, bumi tempat kita
berpijak, masih setia bekerja sama dan berkolaborasi dalam tim dan secara tim
dengan planet-planet lain. Perusahaan yang merupakan suatu lingkungan bisnis
juga memiliki sebuah hubungan kesalingtergantungan dalam pengelolaannya. Ada
banyak interaksi antar pribadi maupun institusi yang terlibat di dalamnya. Meskipun
dengan adanya kesalingtergantungan tersebut besar kemungkinan untuk terjadinya
konflik dan penyelewengan, baik di dalam tataran manajemen ataupun personal
dalam setiap tim maupun hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar. Sehingga
etika sangat diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan, demi kepentingan
perusahaan itu sendiri.
Berikut
adalah beberapa hubungan kesalingtergantungan antara bisnis dengan masyarakat,
antara lain:
1.
Hubungan antara bisnis dengan langganan / konsumen
Hubungan antara bisnis
dengan langgananya adalah hubungan yang paling banyak dilakukan, oleh karena
itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya
dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :
· Kemasan yang
berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau mengadakan
perbandingan harga terhadap produknya.
·
Bungkus atau
kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya,
·
Pemberian servis
dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi suatu
bisnis.
2.
Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada
umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali harus
berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan
karyawan ini meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment), Latihan
(training), Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat)
maupun lay-off atau pemecatan / PHK (pemutusan hubungan kerja).
3.
Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan
hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang lain. Hal ini bisa
terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer, agen
tunggal maupun distributor.
4.
Hubungan dengan Investor
Perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go publik”
harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada
para insvestor atau calon investornya. prospek perusahan yang go public
tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap
informasi terhadap hal ini.
5.
Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan
lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya merupakan hubungan
pergaulan yang bersifat finansial.
ANALISIS:
Hubungan
kesalingtergantungan sangatlah penting karena pada dasarnya, manusia tidak bisa
hidup sendiri, membutuhkan bantuan dan kesalingtergantungan kepada manusia
lainnya. Begitu pula dalam dunia bisnis. Suatu perusahaan tidak dapat
berkembang sendiri tanpa bantuan atau kerja sama dengan perusahaan lainnya. Hubungan
kesalingtergantungan ini dapat berupa hubungan antara bisnis dengan langganan,
hubungan dengan karyawan, hubungan antar bisnis, hubungan dengan investor dan
hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan.
Contoh Hubungan Kesaling-tergantungan Antara Bisnis Dengan
Karyawan:
Suatu
perusahaan untuk dapat bergerak maju tentu membutuhkan karyawan yang professional.
Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut tentu saja tidak dapat berkembang tanpa
adanya karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Untuk memperoleh
karyawan ini dapat dilakukan dengan perekrutan (recruitment) untuk menambah
jumlah karyawan di posisi yang memang dibutuhkan. Atau dengan melakukan
pelatihan (training) guna meningkatkan kemampuan karyawan tersebut agar
perusahaan juga dapat lebih berkembang.
III.
KEPEDULIAN PELAKU BISNIS TERHADAP ETIKA
Etika
bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan mempunyai daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi. Perilaku
etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan
hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu
sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik
bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain
bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Tolak
ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang beretika
selalu mempertimbangkan standar moral dalam mengambil keputusan, apakah
keputusan ini dinilai baik atau buruk oleh masyarakat, apakah keputusan ini
berdampak baik atau buruk bagi orang lain, atau apakah keputusan ini melanggar
hukum.
Etika
di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam
kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Hal ini diperlukan karena
hubungan yang ada tidak hanya menyangkut hubungan antara pengusaha dengan
pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara emosional. Agar etika bisnis dapat
berjalan dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
ialah :
1.
Pengendalian diri
Pelaku-pelaku bisnis
dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk
tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu,
pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan
menekan pihak lain.
2.
Pengembangan tanggung jawab sosial (social
responsibility)
Pelaku bisnis harus
mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab masyarakat
sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap
masyarakat, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian pelatihan
keterampilan, dan lain sebagainya.
3.
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk
terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
Bukan berarti etika
bisnis anti pekembangan informasi dan terknologi, tetapi informasi dan
teknologi itu harus dimanfaatkan untuk kepentingan kepedulian bagi golongan
yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi
informasi dan teknologi.
4.
Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia
bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan
tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang
erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya.
5.
Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya
tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan
bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang.
6.
Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong,
Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis
sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi
apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan
curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa
dan negara.
7.
Mampu menyatakan yang benar itu benar
Seorang pelaku bisnis yang
memiliki etika bisnis, tentu saja tidak wajar untuk menerima kredit apabila
persyaratannya tidak bisa dipenuhi. Apabila hal ini terjadi, jangan menggunakan
“katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang
salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan
“komisi” kepada pihak yang terkait.
8.
Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha
kuat dan golongan pengusaha kebawah
Untuk menciptakan
kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya antara
golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah
mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
9.
Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang
telah disepakati bersama
Dalam melakukan sebuah
bisnis, tentu ada aturan main yang sebelumnya telah disepakati bersama. Sebagai
pelaku bisnis yang memiliki etika, tentu harus tetap konsekuen dan konsisten
dengan apa yang telah disepakati bersama apapun yang akan terjadi didepannya
nanti.
10.
Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki
terhadap apa yang telah disepakati.
Sebelum memulai usaha
bisnis, tentu kedua belah pihak pelaku bisnis akan melakukan kesepakatan
bersama. Agar dapat dikatakan sebagai pelaku bisnis yang memiliki etika, tentu
harus tetap sadar dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan sebelumnya
tanpa melanggar aturan-aturan yang telah disepakati sebelumnya.
ANALISIS:
Etika
dalam suatu usaha bisnis sangat penting karena dengan karyawan yang memiliki
etika baik dalam menjalankan bisnis suatu perusahaan, tentu akan membuat bisnis
tersebut tetap kuat dan menarik banyak perhatian pelanggan, serta akan menjadi
pesaing yang cukup berat di industrinya. Hal ini tentu akan berpengaruh kepada
keberlangsungan bisnis perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu, setiap usaha
bisnis perlu menerapkan etika bisnis dengan memperhatikan beberapa hal seperti
pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati
diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan
berkelanjutan, menghindari sikap 5K atau etika-etika yang dianggap tidak baik,
mampu menyatakan yang benar itu benar, menumbuhkan sikap saling percaya antar
pengusaha, konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati,
dan menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati bersama.
Contoh:
Salah
satu hal yang perlu diperhatikan untuk menerapkan etika bisnis dalam usaha
bisnis kita yaitu dengan melakukan pengembangan tanggung jawab sosial baik
kepada masyarakat, lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Contoh saja
jika kita memiliki usaha bisnis berupa pabrik obat-obatan. Sebagai bentuk
tanggung jawab sosialnya dapat dilakukan dengan tidak membuang limbah
sembarang. Karena dapat merusak lingkungan dan dapat berdampak juga kepada
kesehatan masyarakat sekitar. Jika kita menerapkan hal tersebut, tentu
masyarakat akan menaruh banyak perhatian kepada usaha kita karena kita telah
memiliki etika dalam berbisnis yang baik.
IV.
PERKEMBANGAN DALAM ETIKA BISNIS
Berikut perkembangan etika bisnis menurut Bertens
(2000):
1.
Situasi Dahulu
Pada awal sejarah
filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2.
Masa Peralihan
Tahun 1960-an dan ditandai
pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan).
Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu
dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and
Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social
responsibility.
3.
Etika Bisnis Lahir di AS
Tahun 1970-an sejumlah
filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis
dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang
sedang meliputi dunia bisnis di AS.
4.
Etika Bisnis Meluas ke Eropa
Tahun 1980-an di Eropa
Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian.
Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis
yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).
5.
Etika Bisnis menjadi Fenomena Global
Tahun 1990-an tidak
terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh
dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and
Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
ANALISIS:
Etika bisnis pada awalnya dilatar belakangi
oleh para ahli filsafat yang menginginkan manusia yang telah hidup bersama-sama
dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Namun, pada tahun 1960-an banyak
terjadi pemberontakan yang dilakukan mahasiswa terhadap otoritas di Amerika Serikat.
Setelah itu, para ahli filsafat mulai memikirkan masalah-masalah yang terkait
dengan bisnis, bagaimana bisnis agar dapat berjalan dengan baik. Para filsuf
pun memikirkan bahwa etika bisnis lah yang dapat dijadikan solusi. Hingga akhirnya
etika bisnis pun mulai berkembang di tahun 1980-an dan terus berkembang hingga
kini.
V.
ETIKA BISNIS DALAM AKUNTAN
Profesi
Akuntan publik bisa dikatakan sebagai salah satu profesi kunci di era
globalisasi untuk mewujudkan era transparansi bisnis yang fair, oleh karena itu
kesiapan yang menyangkut profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus
dipunyai oleh setiap anggota profesi yaitu:
1.
Keahlian
2.
Berpengetahuan
3.
Berkarakter
Karakter menunjukan personality
seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan
etisnya. Sikap dan tindakan etin akuntan publik akan sangat menentukan
posisinya di masyarakat pemakai jasa profesionalnya. Profesi juga dapat dirumuskan
sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah hidup dengan
mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta dengan melibatkan
komitmen pribadi yang mendalam. Untuk menegakkan akuntansi sebagai sebuah
profesi yang etis, dibutuhkan etika profesi dalam mengatur kegiatan profesinya.
Etika profesi itu sendiri, dalam kerangka etika merupakan bagian dari etika
sosial. Karena etika profesi menyangkut etika sosial, berarti profesi (dalam
hal ini profesi akuntansi) dalam kegiatannya pasti berhubungan dengan
orang/pihak lain (publik). Dalam menjaga hubungan baik dengan pihak lain
tersebut akuntan haruslah dapat menjaga kepercayaan publik.
Namun kenyataannya, banyak akuntan
yang tidak memahami kode etik profesinya sehingga dalam prakteknya mereka
banyak melanggar kode etik. Hal ini menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan
publik terhadap profesi akuntansi. Kondisi ini diperburuk dengan adanya
perilaku beberapa akuntan yang sengaja melanggar kode etik profesinya demi
memenuhi kepentingan mereka sendiri.
Dalam menjalankan profesinya
seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama
kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia
merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada
akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan
masyarakat. Selain itu, kode etik
akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan
atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya
karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam
kode etik profesi.
Akuntansi sebagai profesi memiliki
kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi
yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga
kewajiban yaitu; kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas. Kasus enron,
xerok, merck, vivendi universal dan bebarapa kasus serupa lainnya telah
membuktikan bahwa etika sangat diperlukan dalam bisnis. Tanpa etika di dalam
bisnis, maka perdaganan tidak akan berfungsi dengan baik. Kita harus mengakui
bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung jawab utama dari bisnis adalah
memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder. Tetapi kalau hal ini dilakukan
tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat merugikan. Banyak orang yang
menjalankan bisnis tetapi tetap berpandangan bahwa, bisnis tidak memerlukan
etika.
VI.
KESIMPULAN
Etika
bisnis pada awalnya didasari oleh keinginan para ahli filsafat yang
menginginkan manusia agar dapat hidup baik secara bersama-sama. Yang kemudian
hal tersebut dikembangkan dalam dunia bisnis atau disebut etika bisnis. Etika ini
digunakan oleh setiap pengusaha yang melakukan bisnis di bidang apapun. Etika ini
dapat membantu perusahaan untuk terus berkembang apabila etika yang diterapkan
dinilai baik oleh masyarakat.
Etika
bisnis ini harus diterapkan demi menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak. Karena
pada dasarnya, sebuah usaha bisnis tidak dapat berjalan baik dengan sendirinya.
Tentu memiliki bantuan dari pihak lain, baik dari konsumen, sesame pebisnis,
masyarakat, dan sebagainya. Semakin baik etika yang diterapkan, maka bisnis pun
dapat berkembang dan memiliki nilai yang semakin baik pula.
Begitu
pula dalam dunia profesi akuntan. Seorang akuntan juga harus memiliki etika bisnis
yang baik agar dapat dipercayai oleh masyarakat publik. Apabila seorang akuntan
tidak memiliki kepercayaan publik, maka ia tidak dapat lagi berprofesi sebagai
seorang akuntan. Karena tidak ada klien-klien yang akan mempercayai kinerjanya.
Untuk itulah diperlukannya penerapan kode-kode etika bisnis oleh seorang
akuntan. Kode-kode etik untuk seorang akuntan telah diatur dalam Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia.
Untuk
dapat menerapkan etika yang baik, harus dihindari 5K, yaitu katabelece,
kongkalikong, koneksi, kolusi dan komisi. Karena tanpa etika, maka dunia bisnis
maupun profesi tidak akan ada yang berjalan dengan baik.
Sumber :
Ikky Fadillah (http://ikkyfadillah.tumblr.com/post/100288234694/perilaku-etika-dalam-bisnis)
Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis)
Lenny Kurniasih (http://lennykurniasih.blogspot.co.id/2015/10/perilaku-etika-dalam-bisnis.html)
Lenny Kurniasih (http://lennykurniasih.blogspot.co.id/2015/10/perilaku-etika-dalam-bisnis.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar