Selasa, 04 Oktober 2016

TUGAS SOFTSKILL - PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS

Nama               : Ismi Herdyanti
NPM               : 29213986
Kelas               : 4EB10
Mata Kuliah    : Etika Profesi Akuntansi


“PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS”



I.         LINGKUNGAN BISNIS YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIKA
Etika merupakan ilmu yang membahas tentang perilaku atau tindakan manusia yang berhubungan dengan norma-norma yang dapat dipandang baik dan buruk ataupun benar dan salah sejauh yang dapat ditentukan oleh akal manusia. Sedangkan bisnis merupakan organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen untuk mendapatkan laba. Maka, etika bisnis dapat dikatakan sebagai suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus diikuti dalam menjalankan suatu bisnis. Etika sebagai norma dalam suatu kelompok bisnis akan dapat menjadi pengingat anggota bisnis satu dengan lainnya mengenai suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang selalu harus dipatuhi dan dilaksanakan. Etika didalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan bisnis yang terkait tersebut.


Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis). Kebenaran disini yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan dan individu. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Tujuan dari sebuah bisnis pada umumnya adalah untuk terus tumbuh dan meraih kesuksesan. Untuk mewujudkan hal tersebut, kinerja dan perilaku seluruh karyawan sangat berkontribusi pada kesuksesan perusahaan. Perilaku karyawan, bagaimanapun, dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal di luar bisnis. Pemilik usaha bisnis perlu menyadari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku karyawan yang mungkin dapat menimbulkan masalah. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1.         Budaya Organisasi
Keseluruhan budaya perusahaan dampak bagaimana karyawan melakukan diri dengan rekan kerja, pelanggan dan pemasok. Lebih dari sekedar lingkungan kerja, budaya organisasi mencakup sikap manajemen terhadap karyawan, rencana pertumbuhan perusahaan dan otonomi / pemberdayaan yang diberikan kepada karyawan. "Nada di atas" sering digunakan untuk menggambarkan budaya organisasi perusahaan. Nada positif dapat membantu karyawan menjadi lebih produktif dan bahagia. Sebuah nada negatif dapat menyebabkan ketidakpuasan karyawan, absen dan bahkan pencurian atau vandalisme.

2.         Ekonomi Lokal
Melihat seorang karyawan dari pekerjaannya dipengaruhi oleh keadaan perekonomian setempat. Jika pekerjaan yang banyak dan ekonomi booming, karyawan secara keseluruhan lebih bahagia dan perilaku mereka dan kinerja cermin itu. Di sisi lain, saat-saat yang sulit dan pengangguran yang tinggi, karyawan dapat menjadi takut dan cemas tentang memegang pekerjaan mereka.Kecemasan ini mengarah pada kinerja yang lebih rendah dan penyimpangan dalam penilaian. Dalam beberapa karyawan, bagaimanapun, rasa takut kehilangan pekerjaan dapat menjadi faktor pendorong untuk melakukan yang lebih baik.

3.         Reputasi Perusahaan Dalam Komunitas
Persepsi karyawan tentang bagaimana perusahaan mereka dilihat oleh masyarakat lokal dapat mempengaruhi perilaku. Jika seorang karyawan menyadari bahwa perusahaannya dianggap curang atau murah, tindakannya mungkin juga seperti itu. Ini adalah kasus hidup sampai harapan. Namun, jika perusahaan dipandang sebagai pilar masyarakat dengan banyak goodwill, karyawan lebih cenderung untuk menunjukkan perilaku serupa karena pelanggan dan pemasok berharap bahwa dari mereka.

4.         Persaingan Di Industri
Tingkat daya saing dalam suatu industri dapat berdampak etika dari kedua manajemen dan karyawan, terutama dalam situasi di mana kompensasi didasarkan pada pendapatan. Dalam lingkungan yang sangat kompetitif, perilaku etis terhadap pelanggan dan pemasok dapat menyelinap ke bawah sebagai karyawan berebut untuk membawa lebih banyak pekerjaan. Dalam industri yang stabil di mana menarik pelanggan baru tidak masalah, karyawan tidak termotivasi untuk meletakkan etika internal mereka menyisihkan untuk mengejar uang.


Faktor-faktor yang telah disebutkan diatas sangat mempengaruhi perilaku perilaku karyawan yang juga dapat mempengaruhi perkembangan usaha bisnis. Selain itu, untuk terciptanya etika didalam bisnis yang sesuai dengan budi pekerti luhur, ada beberapa yang perlu diperhatikan, antara lain :
·         Pengendalian diri
·         Pengembangan tenggung jawab sosial
·         Mempertahankan jati diri
·         Menciptakan persaingan yang sehat
·         Menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan.

Adapun hal-hal yang perlu dihindari agar terciptanya etika didalam bisnis yang baik yaitu menghindari sikap 5K, antara lain:
·         Katabelece
Katabelece merupakan surat atau nota dari pejabat kepada bawahan yg meminta agar apa yg tercantum dalam surat tsb diperhatikan/dilaksanakan ( surat sakti ).
·         Kongkalikong
Kongkalikong adalah sebuah permufakatan dari mereka yang memiliki persamaan kepentingan namun dengan maksud yang tidak baik.
·         Koneksi
Koneksi adalah hubungan yang dapat memudahkan (melancarkan) segala urusan. Namun, koneksi ini terkadang salah digunakan oleh para pebisnis yang tidak memiliki etika bisnis yang baik.
·         Kolusi
Kolusi adalah bentuk kerjasama dengan pejabat pemerintah secara ilegal (melanggar hukum) untuk mendapatkan keuntungan material bagi mereka.
·         Komisi
Komisi adalah sekelompok orang yang diberi wewenang untuk menjalankan fungsi tugas tertentu dengan imbalan sesuai dengan jasa yang telah diberikan.



ANALISIS:
Etika tidak hanya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi juga diterapkan dalam menjalankan usaha bisnis. Etika bisnis dapat dikatakan sebagai alat ukur terhadap sikap satu pebisnis dengan pebisnis lainnya agar dapat melakukan tindakan-tindakan terpuji dalam menjalankan bisnisnya. Etika ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dari lingkungan bisnis, antara lain budaya organisasi, ekonomi local, reputasi perusahaan dalam komunitas, dan persaingan di industry. Keempat hal ini sangat mempengaruhi bagaimana etika dari para pebisnis tersebut dalam menjalankan usahanya.
Oleh karena itu, untuk menciptakan etika bisnis yang baik, para pebisnis perlu memperhatikan beberapa hal seperti pengendalian diri, pengembangan tenggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, dan menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan agar bisnis dapat terus berkembang. Hal ini sangat penting agar para pebisnis dapat terhindari dari etika-etika yang kurang baik dalam dunia bisnis seperti katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi dan komisi.



Contoh Kasus Lingkungan Bisnis Yang Mempengaruhi Perilaku Etika:
Salah satu faktor lingkungan bisnis yang dapat mempengaruhi perilaku etika para manajer maupun karyawan dalam usaha bisnisnya yaitu persaingan di industry. Contohnya saja, apabila suatu perusahaan baru berdiri dibidang yang baru dan masih memiliki sedikit pesaing, perusahaan tersebut tidak akan terlalu mengejar target atau melakukan hal-hal yang berlebih untuk menarik perhatian konsumennya. Karena mereka akan berfikir bahwa persaingain di bidang industry yang sama belum tinggi. Namun, akan beda halnya apabila sebuah perusahaan baru berdiri dibidang yang sudah banyak pesaingnya seperti bidang kosmetik. Tentu saja manajer dan karyawan perusahaan tersebut akan berjuang keras untuk melakukan berbagai hal atau sikap yang dapat menarik perhatian para konsumennya.



II.      KESALING – TERGANTUNGAN ANTARA BISNIS DAN MASYARAKAT
Alam telah mengajarkan kebijaksanaan tentang betapa hubungan yang harmonis dan kesalingtergantungan itu adalah amat penting. Contohnya saja, bumi tempat kita berpijak, masih setia bekerja sama dan berkolaborasi dalam tim dan secara tim dengan planet-planet lain. Perusahaan yang merupakan suatu lingkungan bisnis juga memiliki sebuah hubungan kesalingtergantungan dalam pengelolaannya. Ada banyak interaksi antar pribadi maupun institusi yang terlibat di dalamnya. Meskipun dengan adanya kesalingtergantungan tersebut besar kemungkinan untuk terjadinya konflik dan penyelewengan, baik di dalam tataran manajemen ataupun personal dalam setiap tim maupun hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar. Sehingga etika sangat diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan, demi kepentingan perusahaan itu sendiri.

Berikut adalah beberapa hubungan kesalingtergantungan antara bisnis dengan masyarakat, antara lain:
1.      Hubungan antara bisnis dengan langganan / konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langgananya adalah hubungan yang paling banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :
·  Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.
·         Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya,
·         Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi suatu bisnis.

2.      Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan / PHK (pemutusan hubungan kerja).

3.      Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer, agen tunggal maupun distributor.

4.      Hubungan dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para insvestor atau calon investornya. prospek perusahan yang go public tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi terhadap hal ini.

5.      Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial.



ANALISIS:
Hubungan kesalingtergantungan sangatlah penting karena pada dasarnya, manusia tidak bisa hidup sendiri, membutuhkan bantuan dan kesalingtergantungan kepada manusia lainnya. Begitu pula dalam dunia bisnis. Suatu perusahaan tidak dapat berkembang sendiri tanpa bantuan atau kerja sama dengan perusahaan lainnya. Hubungan kesalingtergantungan ini dapat berupa hubungan antara bisnis dengan langganan, hubungan dengan karyawan, hubungan antar bisnis, hubungan dengan investor dan hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan.



Contoh Hubungan Kesaling-tergantungan Antara Bisnis Dengan Karyawan:
Suatu perusahaan untuk dapat bergerak maju tentu membutuhkan karyawan yang professional. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut tentu saja tidak dapat berkembang tanpa adanya karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Untuk memperoleh karyawan ini dapat dilakukan dengan perekrutan (recruitment) untuk menambah jumlah karyawan di posisi yang memang dibutuhkan. Atau dengan melakukan pelatihan (training) guna meningkatkan kemampuan karyawan tersebut agar perusahaan juga dapat lebih berkembang.



III.  KEPEDULIAN PELAKU BISNIS TERHADAP ETIKA
Etika bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan mempunyai daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.

Tolak ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang beretika selalu mempertimbangkan standar moral dalam mengambil keputusan, apakah keputusan ini dinilai baik atau buruk oleh masyarakat, apakah keputusan ini berdampak baik atau buruk bagi orang lain, atau apakah keputusan ini melanggar hukum.

Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Hal ini diperlukan karena hubungan yang ada tidak hanya menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara emosional. Agar etika bisnis dapat berjalan dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :
1.      Pengendalian diri
Pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain.

2.      Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian pelatihan keterampilan, dan lain sebagainya.

3.      Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya  perkembangan informasi dan teknologi
Bukan berarti etika bisnis anti pekembangan informasi dan terknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk kepentingan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.

4.      Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya.

5.      Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang.

6.      Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.

7.      Mampu menyatakan yang benar itu benar
Seorang pelaku bisnis yang memiliki etika bisnis, tentu saja tidak wajar untuk menerima kredit apabila persyaratannya tidak bisa dipenuhi. Apabila hal ini terjadi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.

8.      Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.

9.      Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Dalam melakukan sebuah bisnis, tentu ada aturan main yang sebelumnya telah disepakati bersama. Sebagai pelaku bisnis yang memiliki etika, tentu harus tetap konsekuen dan konsisten dengan apa yang telah disepakati bersama apapun yang akan terjadi didepannya nanti.

10.  Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati.
Sebelum memulai usaha bisnis, tentu kedua belah pihak pelaku bisnis akan melakukan kesepakatan bersama. Agar dapat dikatakan sebagai pelaku bisnis yang memiliki etika, tentu harus tetap sadar dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan sebelumnya tanpa melanggar aturan-aturan yang telah disepakati sebelumnya.



ANALISIS:
Etika dalam suatu usaha bisnis sangat penting karena dengan karyawan yang memiliki etika baik dalam menjalankan bisnis suatu perusahaan, tentu akan membuat bisnis tersebut tetap kuat dan menarik banyak perhatian pelanggan, serta akan menjadi pesaing yang cukup berat di industrinya.  Hal ini tentu akan berpengaruh kepada keberlangsungan bisnis perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu, setiap usaha bisnis perlu menerapkan etika bisnis dengan memperhatikan beberapa hal seperti pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan, menghindari sikap 5K atau etika-etika yang dianggap tidak baik, mampu menyatakan yang benar itu benar, menumbuhkan sikap saling percaya antar pengusaha, konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati, dan menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati bersama.



Contoh:
Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk menerapkan etika bisnis dalam usaha bisnis kita yaitu dengan melakukan pengembangan tanggung jawab sosial baik kepada masyarakat, lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Contoh saja jika kita memiliki usaha bisnis berupa pabrik obat-obatan. Sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya dapat dilakukan dengan tidak membuang limbah sembarang. Karena dapat merusak lingkungan dan dapat berdampak juga kepada kesehatan masyarakat sekitar. Jika kita menerapkan hal tersebut, tentu masyarakat akan menaruh banyak perhatian kepada usaha kita karena kita telah memiliki etika dalam berbisnis yang baik.



IV.  PERKEMBANGAN DALAM ETIKA BISNIS
Berikut perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):
1.      Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.

2.      Masa Peralihan
Tahun 1960-an dan ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.

3.      Etika Bisnis Lahir di AS
Tahun 1970-an sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.

4.      Etika Bisnis Meluas ke Eropa
Tahun 1980-an di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).

5.      Etika Bisnis menjadi Fenomena Global
Tahun 1990-an tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.


ANALISIS:
Etika bisnis pada awalnya dilatar belakangi oleh para ahli filsafat yang menginginkan manusia yang telah hidup bersama-sama dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Namun, pada tahun 1960-an banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan mahasiswa terhadap otoritas di Amerika Serikat. Setelah itu, para ahli filsafat mulai memikirkan masalah-masalah yang terkait dengan bisnis, bagaimana bisnis agar dapat berjalan dengan baik. Para filsuf pun memikirkan bahwa etika bisnis lah yang dapat dijadikan solusi. Hingga akhirnya etika bisnis pun mulai berkembang di tahun 1980-an dan terus berkembang hingga kini.



V.       ETIKA BISNIS DALAM AKUNTAN
Profesi Akuntan publik bisa dikatakan sebagai salah satu profesi kunci di era globalisasi untuk mewujudkan era transparansi bisnis yang fair, oleh karena itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi yaitu:
1.      Keahlian
2.      Berpengetahuan
3.      Berkarakter
Karakter menunjukan personality seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etin akuntan publik akan sangat menentukan posisinya di masyarakat pemakai jasa profesionalnya. Profesi juga dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta dengan melibatkan komitmen pribadi yang mendalam. Untuk menegakkan akuntansi sebagai sebuah profesi yang etis, dibutuhkan etika profesi dalam mengatur kegiatan profesinya. Etika profesi itu sendiri, dalam kerangka etika merupakan bagian dari etika sosial. Karena etika profesi menyangkut etika sosial, berarti profesi (dalam hal ini profesi akuntansi) dalam kegiatannya pasti berhubungan dengan orang/pihak lain (publik). Dalam menjaga hubungan baik dengan pihak lain tersebut akuntan haruslah dapat menjaga kepercayaan publik.
Namun kenyataannya, banyak akuntan yang tidak memahami kode etik profesinya sehingga dalam prakteknya mereka banyak melanggar kode etik. Hal ini menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap profesi akuntansi. Kondisi ini diperburuk dengan adanya perilaku beberapa akuntan yang sengaja melanggar kode etik profesinya demi memenuhi kepentingan mereka sendiri.
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain itu,  kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi.
Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu; kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas. Kasus enron, xerok, merck, vivendi universal dan bebarapa kasus serupa lainnya telah membuktikan bahwa etika sangat diperlukan dalam bisnis. Tanpa etika di dalam bisnis, maka perdaganan tidak akan berfungsi dengan baik. Kita harus mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung jawab utama dari bisnis adalah memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder. Tetapi kalau hal ini dilakukan tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat merugikan. Banyak orang yang menjalankan bisnis tetapi tetap berpandangan bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.





VI.    KESIMPULAN
Etika bisnis pada awalnya didasari oleh keinginan para ahli filsafat yang menginginkan manusia agar dapat hidup baik secara bersama-sama. Yang kemudian hal tersebut dikembangkan dalam dunia bisnis atau disebut etika bisnis. Etika ini digunakan oleh setiap pengusaha yang melakukan bisnis di bidang apapun. Etika ini dapat membantu perusahaan untuk terus berkembang apabila etika yang diterapkan dinilai baik oleh masyarakat.
Etika bisnis ini harus diterapkan demi menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak. Karena pada dasarnya, sebuah usaha bisnis tidak dapat berjalan baik dengan sendirinya. Tentu memiliki bantuan dari pihak lain, baik dari konsumen, sesame pebisnis, masyarakat, dan sebagainya. Semakin baik etika yang diterapkan, maka bisnis pun dapat berkembang dan memiliki nilai yang semakin baik pula.
Begitu pula dalam dunia profesi akuntan. Seorang akuntan juga harus memiliki etika bisnis yang baik agar dapat dipercayai oleh masyarakat publik. Apabila seorang akuntan tidak memiliki kepercayaan publik, maka ia tidak dapat lagi berprofesi sebagai seorang akuntan. Karena tidak ada klien-klien yang akan mempercayai kinerjanya. Untuk itulah diperlukannya penerapan kode-kode etika bisnis oleh seorang akuntan. Kode-kode etik untuk seorang akuntan telah diatur dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.
Untuk dapat menerapkan etika yang baik, harus dihindari 5K, yaitu katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi dan komisi. Karena tanpa etika, maka dunia bisnis maupun profesi tidak akan ada yang berjalan dengan baik.







Sumber :

Ikky Fadillah (http://ikkyfadillah.tumblr.com/post/100288234694/perilaku-etika-dalam-bisnis)
Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis)
Lenny Kurniasih (http://lennykurniasih.blogspot.co.id/2015/10/perilaku-etika-dalam-bisnis.html)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar